RSS

Tag Archives: muslim traveller

Menangkap Pangsa Pasar Wisata Halal (Halal-friendly Tourism)

Beberapa minggu lalu saya mengikuti sebuah konferensi bernama World Islamic Tourism Conference (WITM) di Jakarta. Konferensi ini adalah konferensi ketiga, setelah dua tahun sebelumnya diadakan di Malaysia. Malaysia adalah negara penggagasnya. Dalam konferensi ini, pembicara berasal dari Malaysia, Jepang, dan juga Indonesia, tetapi lebih didominasi dari negara Malaysia.

Ini merupakan konferensi yang menarik, karena membahas tentang peluang pasar wisatawan muslim dan pertumbuhannya di dunia. Tidak seperti jenis wisatawan pada umumnya, wisatawan muslim merupakan wisatawan yang spesifik. Mereka memiliki banyak kebutuhan ketika berwisata, khususnya akses kepada makanan dan minuman halal. Ditambah lagi dengan akses tempat beribadah (meskipun hal ini bisa menjadi lebih fleksibel). Selain destinasi wisatanya sendiri, turis muslim biasanya akan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan kemudahan aksesnya pada kebutuhan tersebut. Setidaknya itu yang saya rasakan sebagai muslim traveller ketika mengunjungi suatu destinasi wisata.

Kebutuhan mengenai akses makanan halal dan tempat ibadah masih relatif sederhana. Turis muslim timur tengah, terkadang malah memiliki requirements yang lebih jauh lagi. Mereka akan mencari destinasi yang memiliki akomodasi dengan kualifikasi tertentu, misalnya kolam renang yang terpisah antara laki-laki dan perempuan serta spa laki-laki dan perempuan (tidak hanya terapisnya tetapi juga ruangannya). Di Indonesia, setahu saya belum ada hotel atau resort yang melayani kebutuhan se-spesifik ini. Hotel atau resort sejenis ini banyak kita temui di Turki. Bahkan lebih jauh lagi, terkadang mereka sampai menyediakan akses pantai yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Akses pantai ini bisa dalam bentuk berlainan sisi (sehingga antara sisi satu dan lainnya tidak terlihat), atau resort dengan garis pantai yang saking panjangnya membuat area laki-laki dan perempuan hanya terlihat samar.

Dalam dunia marketing, pangsa pasar muslim traveller ini disebut dengan ceruk pasar, atau niche market. Sebuah pasar yang sangat spesifik, jumlahnya relatif tidak mendominasi, tetapi jika mau serius menekuninya akan berbuah manis karena biasanya tidak banyak pemain bisnis yang menggarapnya. Inilah pangsa pasar yang mulai dilirik oleh negara tetangga kita, Malaysia. Wisatawan muslim dari negara-negara timur tengah, Turki, Indonesia, dan lainnya, ternyata sangat menarik karena dalam beberapa tahun ke depan, jumlahnya dapat mencapai 13 persen dari total seluruh wisatawan dunia. Sebuah jumlah yang tidak sedikit. Malaysia, salah satunya melalui Islamic Tourism Center (ITC) yang didirikannya beberapa tahun lalu, mulai menggarap serius pasar ini. Dan hasilnya? Kini Malaysia mulai dikenal sebagai sebuah destinasi utama di Asia, yang menyediakan halal-friendly tourism products. 

Menariknya lagi, tak hanya Malaysia yang mulai menggarap pasar ini. Jika melihat lebih jauh, Hong Kong, Australia dan Jepang yang negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim, bahkan terlihat mulai memperhatikan niche market ini. Mereka memulainya dengan hal-hal sederhana, tapi menarik, misalnya dengan menyediakan informasi berupa daftar restaurant yang menyediakan makanan/minuman halal, serta alamat-alamat masjid di kota-kota tujuan wisata mereka. Jadwal solat 5 waktu juga terkadang disediakan. Semua itu disediakan dalam bentuk informasi digital yang bisa kita temukan di internet, dan juga media tercetak seperti flyer dan booklet panduan untuk wisatawan muslim. Penyedianya adalah langsung dari Tourism Authority negara tersebut. Negara-negara tersebut mengkampanyekan bahwa mereka adalah destinasi wisata yang halal-friendly. Hebat bukan?

Indonesia yang notabene merupakan negara penduduk muslim terbesar di dunia justru malah tidak lebih serius dalam menggarap pangsa pasar ini. Padahal potensinya sudah tidak perlu diragukan lagi. Untuk melakukannya pun relatif akan lebih mudah karena fasilitas sudah ada di mana-mana. Mencari makanan halal bukanlah hal yang sulit di Indonesia, begitu juga mencari tempat ibadah baik masjid maupun mushalla. Semua hanya tinggal tergantung dari bagaimana cara kita mengemasnya untuk lebih dikenal pangsa pasar terkait.

 
Leave a comment

Posted by on November 16, 2014 in Uncategorized

 

Tags: , , , , , ,